cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
TEKNIK
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : 08521697     EISSN : 24609919     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Journal yang mempublikasikan artikel-artikel ilmiah dari berbagai disiplin ilmu rekayasa/keteknikan. Artikel-artikel yang dipublikasikan di Jurnal TEKNIK meliputi hasil-hasil penelitian ilmiah asli (prioritas utama), artikel ulasan ilmiah yang bersifat baru (tidak prioritas), atau komentar atau kritik terhadap tulisan ilmiah yang dipublikasikan oleh Jurnal TEKNIK.
Arjuna Subject : -
Articles 9 Documents
Search results for , issue "Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)" : 9 Documents clear
ROLE OF COLOR TO SUPPORT THE ACHIEVEMENT OF RELAXATION IN BUSSINES HOTEL (CASE STUDIES OF BUSINESS HOTEL IN SEMARANG) Elsosan, Adel Issa; Pandelaki, Edward E.; Murtini, Titin Woro
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.052 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.8715

Abstract

Semarang sebagai pusat bisnis dan pariwisata di Jawa Tengah memberikan kesempatan bagi investor untuk berinvestasi di Semarang. Akhir-akhir ini bisnis perhotelan di Kota Semarang menunjukkan prospek cerah. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya jumlah wisatawan yang menginap di hotel. Salah satu alasannya adalah banyak kegiatan seperti pertemuan yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah, baik lokal maupun nasional, yang diselenggarakan di kota Semarang. Berdasarkan hasil survei awal, sebagian besar hotel di Semarang masih minim fasilitas dan tidak berlaku pentingnya pelaksanaan warna bagi pengunjung. Studi tentang peran warna untuk mencapai relaksasi ini penting karena jika relaksasi mencapai sehingga manusia dapat membuat lebih konsentrasi dan merasa menyegarkan. Tujuan dari penelitian ini adalah: Studi tentang bagaimana warna mempengaruhi dalam penciptaan relaksasi di hotel bisnis di Semarang. Sampel penelitian diarahkan ke hotel menggunakan warna dingin dan hotel warna hangat di Semarang. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif. Berdasarkan hasil dan analisis, kesimpulan dalam penelitian ini adalah: (1) Warna dalam menciptakan relaksasi sangat penting bagi responden dan kedua warna dingin dan warna hangat dapat membuat dan menciptakan relaksasi. (2) Hal-hal yang mempengaruhi pemilihan warna untuk meningkatkan bisnis hotel adalah tujuan untuk tinggal di hotel, pertimbangan ini untuk bekerja dan nilai pribadi seperti liburan, juga relaksasi. [Title: Role of Color to Support The Achievement of Relaxation in Bussines Hotel (Case Studies of Business Hotel in Semarang)] Semarang as a business and tourism hub in Central Java provides an opportunity for investors to invest in Semarang. Lately the hospitality business in the city of Semarang show bright prospects. It can be seen from the increasing number of tourists who stay at the hotel. One reason is that many activities such as meetings held by government agencies, both local and national, held in the city of Semarang.Based on the results of the initial survey, most hotels in Semarang still minimal facilities and do not apply the importance of the implementation of color for visitors. Study about role of color to achieve relaxation is important because if the relaxation achieve so human can make more concentration and feel refresh. The aim of this study is: Study about how colors influence in creation of relaxation in business hotel in Semarang. The research sample is directed to the hotel using a cool color and a warm color hotel in Semarang. The method analysis used is descriptive analysis. Based on the result and analysis, the conclusion in this research are: (1) Thecolor in creating relaxation is very important for the respondent and both cool color and warm color can make and creating relaxation. (2)The things that affect the selection of colors to enhance the hotel business is for the purpose to stay in hotel, the consideration is for work and personal value such as holiday, also the relaxation. 
PERBANDINGAN NILAI KALOR BIOBRIKET YANG TERBUAT DARI BOTTOM ASH LIMBAH PLTU DAN BIOMASSA CANGKANG KOPI DENGAN VARIASI KOMPOSISI DAN JENIS PENGIKAT YANG BERBEDA Gunawan, Budi; Slamet, Sugeng; Syahroni, Ahmad
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (628.222 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.8688

Abstract

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat biobriket dari bahan bottom ash limbah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) dengan biomassa cangkang kopi dengan zat pengikat tetes tebu serta menguji nilai kalor yang dihasilkan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah; pembuatan biobriket dengan memvariasi komposisi antara bottom ash dengan biomassanya serta zat pengikat yang berbeda. Variasi komposisi antara biomassa cangkang kopi dengan bootom ash yang digunakan adalah 60% : 40% dan 70% : 30%, sedangkan bahan perekatnya menggunakan tetes tebu dan tepung kanji. Pengujian yang dilakukan adalah menguji nilai kalor dari biobriket yang dihasilkan menggunakan alat uji calloriboom. Dari hasil pengujian didapatkan biobriket dengan komposisi 70% biomassa cangkang kopi dan 30% bottom ash dengan pengikat tetes tebu mempunyai nilai kalor yang paling tinggi dibandingkan dengan komposisi dan pengikat yang lain dengan nilai kalor yang dihasilkan yaitu 2496,18 kal/gr. Nilai kalor ini dipengaruhi oleh kandungan karbon aktif yang terdapat pada arang cangkang kopi dan besar kecilnya kandungan carbon, oxygen dan ash yang dimiliki, semakin tinggi kandungan carbon dan oxygen maka makin tinggi pula nilai kalor yang kandungan kalor yang terdapat pada jenis perekat tetes tebu lebih tinggi dari pada tepung kanji. [Title: Comparison of Calorific Value of Biobriket Made of Bottom Ash Waste and Biomass Plant Shell Coffee by Varying Composition and Types of Binder] This study is aimed to make biobriket of bottom ash material waste biomass power plant and different binder of coffee shell (molasses) as well as measuring the calorific value. The method in this study are by manufacturing biobricket by varying the composition of bottom ash with biomass and different binder. Biomass composition variation of the shell coffee and bottom ash are 60%:40% and 70%:30%. The binder used are molasses and starch. This experiment was carry out by measuring the calorific value of produced biobricket. From results, the biobricket with a composition of 70% biomass and 30% coffee shell bottom ash and molasses binder has the highest calorific value in comparison to other binder composition. The calorific value is 2496.18 cal/g. This calorific value is influenced by the content of activated carbon contained in charcoal shell of coffee and size of the content of carbon, oxygen and ash. Increased calorific values between the molasses and starch binders suggested that the calorific value of product when using molasses binder is higher than that of starch.
CONSUMER PREFERENCE IN TYPE OF HOUSE APPEARANCE OFFERED BY HOUSING DEVELOPER IN SEMARANG Khalifah, Ali Alsharef Khlil; Pandelaki, Edward E.; Rukayah, Siti
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (481.862 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.8716

Abstract

Persaingan tajam antara bisnis properti perusahaan meningkat seiring dengan bertambahnya populasi dengan meningkatnya kebutuhan rumah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis preferensi konsumen tentang penampilan rumah yang ditawarkan oleh pengembang perumahan di Semarang. Populasi dalam penelitian ini pengunjung dari pameran perumahan diselenggarakan di beberapa Mall di Semarang. Teknik analisis yang digunakan adalah persepsi responden tentang preferensi konsumen dalam jenis penampilan rumah dengan analisis deskriptif karena dalam analisis deskriptif akan mencerminkan pendapat sebenarnya dari responden penelitian. Berdasarkan hasil dan analisis, kesimpulan dalam penelitian ini adalah: Jenis rumah yang konsumen paling sukai adalah tipe minimalis dan yang kedua adalah tipe Vernakular. Hal ini karena bentuk Minimalist yang ramping dan menarik di hampir setiap ruang. Tipe Minimalis juga memiliki keunikan yang sangat sederhana dan menarik juga modern. Jenis minimalis sangat populer dan harga yang lebih rendah. Sementara itu, jenis vernakular lebih hampir oleh pengusaha yang berasal dari masyarakat kelas tinggi dan mereka mengatakan jenis vernakular besar dan mewah, juga georgeous. [Title: Consumer Preference in Type of House Appearance Offered by Housing Developer in Semarang] Competition among companies property enhances along with increasing population coupled with the increasing needs of house. The purpose of this study is to analyze the consumer preference in type of house appearance offered by housing developer in Semarang. The method used in this research is qualitative methods because the qualitative methods more better in explaining the phenomena in practices. The analytical method used is depending on respondent perception about consumer preference in type of house appearance with descriptive analysis. The house type that the consumer prefer mostly is minimalist type and the second is Vernacular type. This is because the spare and streamlined is charming in almost any space.
KINETIKA REAKSI ESTERIFIKASI GLISEROL DAN ASAM ASETAT MENJADI TRIACETIN MENGGUNAKAN KATALIS ASAM SULFAT Satriadi, Hantoro
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (690.196 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.8571

Abstract

Biodiesel merupakan salah satu energi alternatif yang diharapkan dapat menggantikan bahan bakar diesel. Gliserol merupakan produk dengan produksi biodiesel dari reaksi transesterifikasi. Gliserol saat diesterifikasi dengan asam asetat untuk membentuk triacetin. Kegunaan triacetin sangat baik untuk makanan dan non makanan. Untuk bahan makanan, triacetin dapat digunakan sebagai bahan aroma dalam permen, minuman dari susu, minuman ringan dan permen karet. Adapun non-makanan dapat digunakan untuk pelarut pada parfum, tinta cetak, pelarut dalam rasa, plasticizer untuk resin selulosa, polimer dan co-polimer, bahkan dapat digunakan sebagai bahan aditif bahan bakar untuk mengurangi knocking di mesin mobil. Dalam penelitian ini akan diperoleh kondisi optimum pembuatan triacetin. Volume total gliserol dan asam asetat 600 ml, kecepatan pengadukan 100 rpm dan berat katalis adalah 5% berat gliserol. Dalam penelitian ini proses analisis kualitatif dengan menggunakan instrumen FTIR telah mendeteksi adanya produk triacetin. Hasil analisis kuantitatif diperoleh persamaan kecepatan reaksi esterifikasi dan kondisi optimum yang dihasilkan pada rasio mol reagen gliserol dan asam asetat 1:7 dengan temperatur 120 oC pada menit ke-5 dengan nilai konversi sebesar 67,63%. [Title: Kinetics of Esterification Reaction of Triacetin Formation from Glycerol and Acetic Acid Using Sulfuric Acid Catalyst] Biodiesel, as one of alternative energy, is expected to replace diesel fuel. Glycerol is a by product of biodiesel production from transesterification reaction. The glycerol was esterified with acetic acid to form triacetin. The triacetin was useful for food and non- food application. For food application, the triacetin can be used as a fragrance ingredient in candy, beverages from milk, soft drinks and chewing gum. Meanwhile, for non-food materials, it can be used for solvent triacetin on perfumes, printing ink, solvent in flavor, plasticizer for cellulose resin, polymer and co-polymers, it can even be used as fuel additives to reduce knocking in car engines. In this study, the research results in optimum conditions on manufacturing triacetin. Total volume of glycerol and acetic acid is 600 ml, stirring speed is 100 rpm and the catalyst laoding is 5 wt.% glycerol. From qualitative analysis using FTIR, the triacetin product was detected. From quantitative analysis, the rate equation of esterification reaction and optimum conditions were resulted at mole ratio of glycerol and acetic acid of eagents 1:7, temperature of 120 0C at 5 minutes process and the conversion of 67.63%.
ARAHAN ZONASI DAN PENGEMBANGAN DI KAWASAN SITUS CAGAR BUDAYA PATIAYAM KABUPATEN KUDUS Atsnansyah, Maulana Mohammad; Dewi, Diah Intan Kusuma
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (816.115 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.8757

Abstract

Kawasan Situs Cagar Budaya Patiayam di Desa Terban Kabupaten Kudus merupakan lokasi yang memerlukan tindakan pelestarian terhadap kebudayaan dan lingkungannya, karena di kawasan tersebut belum ada upaya keberlanjutan dalam menjaga dan melindungi kawasan situs cagar budaya serta belum adanya upaya pengembangan kebudayaan lokal pada kawasan tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut upaya yang dilakukan untuk meningkatkan fungsi dari kawasan adalah dengan membuat zonasi atau pembagian fungsi lahan yang jelas. Tujuan akhir yang diharapkan adalah untuk memberikan arahan zonasi pada setiap kawasan yang dijadikan sebagai kawasan konservasi dan kawasan wisata budaya. Tahapan awal dalam penelitian ini adalah dengan mengetahui potensi dan masalah yang terdapat pada kawasan tersebut melalui pengumpulan data yang bersifat kualitatif. Sedangkan untuk mengetahui arahan sesuai dengan potensi yang dimiliki serta menyelesaikan permasalahan yang ada di Kawasan Situs Cagar Budaya Patiayam menggunakan metode deskriptif kualitatif dan metode delphi. Hasil dari jawaban penelitian yang dilakukan terhadap Kawasan Situs Cagar Budaya Patiayam di Desa Terban Kabupaten Kudus ialah adanya zonasi yang jelas serta arahan pengembangan pada tiap kawasan. Pembagian zonasi pada kawasan Situs Cagar Budaya Patiayam dibagi menjadi 4 zona, yaitu zona inti, zona penyangga, zona pengembangan, dan zona penunjang.   [Title: Zoning and Development Suggestions at Cultural Heritage Sites of Patiayam in Kudus Regency] Cultural Heritage Site of Patiayam in Terban Village Kudus Regency is a location that requires preservation towards its culture and environment, because in this area there is no sustained effort in maintaining and protecting the cultural heritage site, and lack of local cultural development efforts. Based on the problems, effort that should be done to improve the function of the area is by making a zoning or a clear division of land functions. The ultimate goal is to provide the zoning direction on each area that serve as a conservation area and the area of cultural tourism. The early stages in this research is to know the potential and problems in the area through the data collection with qualitative approach. As for knowing the direction corresponding with potential, as well as resolving existing problems in the area of cultural heritage Site of Patiayam, this research used qualitative-descriptive method and delphi method. The result of the research answer conducted towards the area of Cultural Heritage Site of Patiayam in Terban Village Kudus Regency is a clear zoning and direction of development in each area. Zoning division in the area of Cultural Heritage Sites of Patiayam is divided into four zones, namely the core zone, buffer zone, development zone and the supporting zone.  
TIPOLOGI DAN KONSEP INTEGRASI PADA LINGKUNGAN BANGUNAN PENDIDIKAN DENGAN KARAKTER ARSITEKTUR KOLONIAL DI JALAN KARTINI KOTA SALATIGA Setyoaji, Sigit Ashar; Rukayah, R. Siti; Supriadi, Bambang
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2989.598 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.9020

Abstract

Bangunan cagar budaya adalah bangunan yang secara arsitektural memiliki kekhasan baik dari nilai arsitektural, estetika dan mewakili suatu simbol kebudayaan. Bangunan pendidikan di Jalan Kartini Salatiga merupakan sebuah komplek bangunan cagar budaya yang terdapat di Kota Salatiga, merupakan peninggalan kolonial Belanda, sehingga tidak mengherankan apabila bangunan tersebut memiliki karakter arsitektur kolonial yang membentuk identitas yang khas pada kawasan tersebut. Pembangunan selasar pendidikan di Jalan Kartini Kota Salatiga tidak terlepas dari status Kota Salatiga sebagai Kota Gemeente yang membuat Kota Salatiga maju dalam pembangunan fasilitas kotanya termasuk fasilitas pendidikan di Jalan Kartini yang diperuntukkan untuk orang pribumi. Perlu kiranya kini dilakukan sebuah studi mengenai tipologi dan konsep integrasi kawasan mengingat bangunan tersebut merupakan bangunan cagar budaya yang berada pada satu kawasan yang berdekatan, sebagai upaya peran aktif pelestarian bangunan cagar budaya dari segi akademis arsitektur. Untuk menjawab pertanyaan penelitian mengenai tipologi dan konsep integrasi pada kawasan bangunan pendidikan di Jalan Kartini Salatiga digunakan metode rekonstruksi baik secara bangunan maupun secara kawasan yang dilakukan dengan mencari data kesejarahan berupa foto maupun wawancara kepada narasumber yang kompeten. Dalam penelitian ini diketahui bahwa bangunan pendidikan di Jalan Kartini Salatiga merupakan tipologi bangunan arsitektur kolonial modern yang tidak memiliki integrasi dalam konsep penataan kawasannya.   [Title: Typologi and Integration Concept of Educational Building and Character of Colonial-based Architecture at Kartini’s Street Salatiga] Heritage building is a building that has a specific kind of architectural value, aesthetic and represent of cultural values. Educational buildings at Kartini street Salatiga is a complex of heritage buildings located in Salatiga, its a Dutch colonial heritage, so it is not surprising that the buildings has architecture colonial character that forms a distinctive identity in that region. The development of education corridor in Kartini Street Salatiga cannot be sepparated that city’s statusas a Gemeente city that makes the failities development in its citywas grow up rapidly, included educational facilities in Salatiga street, that build for home-grown peoples. It wolud need to know that doing a study about the typology and regional integration concept in view that the buildings is a heritage buildings that located on the adjacent region, as an active role of heritage building preservation in terms of academic architecture. This research used reconstruction method, both building reconstruction and region reconstruction, to answer the research question about the typology and integration concept in heritage buildings at Kartini street Salatiga, that conducted with found the data from the historical photos and interviews with competent respondent. Theconclusions of this research is the educational buildings on the Kartini street Salatiga has modern colonial architecture typologies and that do not have an integration concept in the arrangement region.
KONSEP WATERFRONT PADA PERMUKIMAN ETNIS KALI SEMARANG Sarinastiti, Ajeng; Rukayah, R. Siti; Murtini, Titin Woro
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2568.36 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.7023

Abstract

Kali Semarang sebagai sungai bersejarah di Semarang, dahulu memiliki fungsi transportasi yang membelah perekonomian dan pertahanan kota. Bermacam etnis pedagang tinggal di sekitarnya hingga daerah tersebut menjadi permukiman etnis. Contohnya Kampung Melayu, etnis Tionghoa pada Kampung Pecinan, etnis Arab pada Kampung Kauman, serta Kampung Sekayu. Dan juga Kawasan Kota Lama sebagai daerah bersejarah dalam masa pemerintahan Kota Semarang. Kali Semarang memberi pengaruh fungsi waterfront pada permukiman tersebut.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsep waterfront pada permukiman etnis Kali Semarang, yaitu Kampung Melayu, Kawasan Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Kauman, dan Kampung Melayu. Diperlukan eksplorasi dan deskripsi keadaan yang mendalam untuk mengidentifikasikan informasi baru pada lokasi penelitian dengan konsep atau teori yang menjelaskan fenomena yang akan terjadi. Metode kualitatif rasionalistik digunakan dengan landasan teori mengenai waterfront dan permukiman etnis disertai dengan pengumpulan data melalui studi literatur dari berbagai sumber, observasi lapangan langsung, dan pertanyaan mendalam kepada key person. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hanya Kampung Melayu dan Kawasan Kota Lama yang pada awal mulanya menggunakan konsep waterfront karena lokasinya merupakan kawasan pelabuhan, pergudangan, dan perdagangan. Kampung Pecinan sebagai kawasan perdagangan, serta Kampung Kauman dan Kampung Sekayu sebagai permukiman tidak menggunakan konsep waterfront.[Title: Waterfront Concept on Ethnic Settlement in Kali Semarang] Kali Semarang, as a historical river in Semarang, has function as transportation to support the economy and city. Many ethnic traders settled around, so that area becomes ethnic settlement, such as Kampung Melayu, Chinese ethnic in Kampung Pecinan, Arabian ethnic in Kampung Kauman, and Kampung Sekayu, and Kota Lama areas as historical area in Semarang’s government era. The Kali Semarang giving influence of the waterfront function of those area. This paper purposes to understand waterfront concept of ethnicity settlement around Kali Semarang, such as: Kampung Melayu, Kawasan Kota Lama, Kampung Pecinan, Kampung Kauman, and Kampung Melayu. Exploration and deeper situations description are needed to identify new informations in respected location completed with concept or theories that explain the phenomenon. The qualitative rationalistic method is used for explaining theoritical basis regarding waterfront and ethnical settelement by data collecting through literature study, field observation, and key person question. The result of this research shows that Kampung Melayu and Kota Lama are pioneer to use the waterfront concept because of it location constitute as sea port area, warehouse, and commerce. Kampung Pecinan as a commerce area, Kampung Kauman and Kampung Sekayu, as settlement, did not use the waterfront concept.
ANALISIS BIAYA TIDAK LANGSUNG PADA PROYEK PEMBANGUNAN BEST WESTERN STAR HOTEL & STAR APARTEMENT SEMARANG Nurdiana, Asri
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (306.881 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.8906

Abstract

Biaya pada proyek konstruksi dibagi menjadi biaya langsung dan biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung terkait dengan biaya tak terduga yang dapat diidentifikasi sebagai biaya yang harus dialokasikan untuk hal-hal yang tidak diprediksi sebelumnya, termasuk di dalamnya adalah biaya risiko dan biaya kualitas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung alokasi biaya kualitas, mengetahui alokasi biaya risiko, dan mengetahui alokasi biaya tidak langsung pada proyek konstruksi. Data diambil dari data primer yaitu data biaya risiko dan data sekunder berupa biaya kualitas, data proyek, dan penelitian sebelumnya. Data diolah dengan memprosentase biaya tidak langsung pada proyek yang disbandingkan terhadap nilai kontrak. Dari hasil analisis didapati bahwa hasil alokasi biaya langsung adalah 84% dan biaya tidak langsung adalah 16%. Sedangkan untuk keseluruhan biaya tidak langsung yang dialokasikan adalah sebagai berikut: Laba 10%, Biaya Kualitas 0,54%, Biaya Risiko 5,17%, Biaya overhead, dan biaya dll 0,29%.   [Title: Analysis of Indirect Cost at Projects of Best Western Star Hotel & Star Apartement Semarang] The cost at the construction project is divided into direct costs and indirect costs. Indirect costs related to unexpected coststhat can be identified as a cost that allocated to the things that are not predicted earlier, including the cost of risk and cost of quality. The aim of thisresearch are to determine the allocation of the quality cost, determine the allocationof the risk cost, and determine the allocation of indirect costs at construction project. The primary data that were taken are the data of risk cost, and the secondary data are cost of quality, project data, and previous research.Data processed by seeing the percentage of indirect costs at the project that compared to the contract value. From the analysis obtained that direct cost allocation is 84% and the indirect cost allocation is 16%. Whilethe indirect costs are allocated as follows: Profit 10%, Quality Cost 0.54%, Risk Cost t5.17%, overhead, etc. 0.29%.  
FAKTOR - FAKTOR PENYEBAB MUNCULNYA ACTIVITY SUPPORT DI KAWASAN RUANG PUBLIK BUNDARAN HOTEL INDONESIA JAKARTA PUSAT Mustikowati, Endah; Setioko, Bambang; Syahbana, Joesron Alie
TEKNIK Vol 36, No 2 (2015): (December 2015)
Publisher : Diponegoro University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1125.932 KB) | DOI: 10.14710/teknik.v36i2.7497

Abstract

Area Bundaran Hotel Indonesia menjadi salah satu ruang publik di mana banyak pengunjung datang untuk melakukan berbagai kegiatan. Kondisi ini menyebabkan munculnya activity support misalnya PKL, penyewa peralatan olahraga, dan beberapa hiburan jalanan. Di puncak intensitas kegiatan, activity support tersebut tersebar di beberapa tempat ini seperti di koridor utama, jalur pejalan kaki dan air plaza mancur. Melihat fenomena itu, dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor-faktor penyebab munculnya activity support tersebut. Dalam menjawab tujuan penelitian, digunakan penelitian rasionalistik kuantitatif sebagai paradigma untuk membangun variabel faktor berdasarkan teori Activity Support dan Ruang Publik. Variabel yang dioperasionalkan dalam kuesioner dianalisis dengan menggunakan analisis faktor uji statistik. Jumlah faktor variabel yang memiliki korelasi yang kuat dalam analisis tereduksi menjadi beberapa factor yang signifikan sebagai penyebab dari munculnya activity support di ruang publik, yaitu, area pedesrian, jalan masuk, sirkulasi dan parkir, keragaman kegiatan, karakteristik ruang publik, jenis kegiatan, bentuk-makna-arti ruang publik, aksesibilitas dan visual, budaya, fungsi dan bentuk ruang publik dan area lansekap, batasan kawasan dan ciri khas dari ruang publik. [Title: The Factors Causing Appearance of Activity Support in The Public Area Around Bundaran Hotel Indonesia in Central Jakarta] Bundaran Hotel Indonesia area becomes one of public space where many of people have coming to do some activities here. This condition causes the occurrences of activity support for instance the street vendors, sport equipments tenants, and some of street entertaintment. In the peak of intensity of activities, the activity supports crowded around this area such as in the main corridor, pedestrian pathways and fountain plaza. Seeing those phenomena, it could be concluded that there are causal factors of the occurrences of the activity support. In answering the research objectives, this research applied quantitative rationalistic research as paradigm to construct factor variables based on theories of Activity Support and Public Space. The variables operationalized into a questionnaire were analyzed using factor analysis statistical test. The number of factors that have a strong correlation in the analysis is reduced into the causal factors of the occurrences of activity support in the public space, such as: pedesrian area, entrance ways, sirculation and parking, diversity of activities, characteristics of public sace, type of activities, form- meaning-significance of public space, accesibility and visual, culture, function and form of public space and landscape area, border area and the hallmark of public space.

Page 1 of 1 | Total Record : 9